LINTASAN SEJARAH BLAMBANGAN 9
Foto ilustrasi
Suatu peristiwa tragis terjadi dalam pura Blambangan yaitu ketika Adipati Siung Laut dan Patihnya, Caluring, saling salah menyalahkan, dan selanjutnya berkembang menjadi satu lawan dan akhirnya kedua-duanya tewas bersama. Kejadian itu berkisar tahun 1479 M. (Babad Demak I, hal. 101).
Setelah Siung Laut tewas bersama Patih Caluring, maka raja yang berkuasa di Blambangan adalah Sri Juru, salah seorang yang masih mempunyai kaitan keluarga dengan Dalem Waturenggong, Raja Gelgel, melalui jalur Kresna Kapakisan. Raja ini memerintah sezaman dengan masa pemerintahan Brawijaya Girindrawardana 1478 - 1498 sampai Brawijaya Prabu Udara. Sri Juru mempunyai seorang putri yang bemama Ni Bas. Ketika Gelgel lepas dari Majapahit, Dalem Waturenggong ingin lebih mempererat hubungan kekeluargaan antara Gelgel dengan Blambangan. Hal ini dimaksudkan untuk membendung masuknya Islam dari arah Barat (Mataram-Demak).
Untuk mencapai maksudnya itu, Waturenggong menggunakan sistem dan politik perkawinan. Namun mengalami kegagalan. Pinangan terhadap Ni Bas ditolak mentah-mentah. Akibatnya Blambangan diserang Bali, mengirimkan tentara satu kerajaan sebanyak 1600 orang dengan menggunakan 25 perahu di bawah pimpinan Kiai Ularan. Dalam peperangan tersebut Sri Juru terbunuh dan Ni Bas bunuh diri. Blambangan jatuh dan dikuasai Bali. (Drs. A.A.B. Wirawan, hal.7).
Dalam bukunya Dr. H.J. De Graaf mengatakan: "Menurut sejarah Bali Selatan, raja itu (Dalem Waturenggong) telah memerangi Raja Blambangan yang menggunakan gelar "Juru" Sang Juru tersebut gugur dalam perang tanding melawan seorang perwira pasukan Bali. Hal ini sebenarnya tidak diharapkan oleh Raja Gelgel karena ia dan sang Juru masih mempunyai hubungan keluarga, keduanya adalah keturunan Raja Kapakisan, dari Samprangan. Menurut “Pamancangah" putri Sri Juru Ni Bas dapat lolos dari Waturenggong, berkat bantuan salah seorang saudara lain ibu yang bernama Bima Cili. Mereka berdua melarikan diri ke Pasuruan yang sudah Islam. (Dr. H.J. Graaf, hal. 240).
Setelah Siung Laut tewas bersama Patih Caluring, maka raja yang berkuasa di Blambangan adalah Sri Juru, salah seorang yang masih mempunyai kaitan keluarga dengan Dalem Waturenggong, Raja Gelgel, melalui jalur Kresna Kapakisan. Raja ini memerintah sezaman dengan masa pemerintahan Brawijaya Girindrawardana 1478 - 1498 sampai Brawijaya Prabu Udara. Sri Juru mempunyai seorang putri yang bemama Ni Bas. Ketika Gelgel lepas dari Majapahit, Dalem Waturenggong ingin lebih mempererat hubungan kekeluargaan antara Gelgel dengan Blambangan. Hal ini dimaksudkan untuk membendung masuknya Islam dari arah Barat (Mataram-Demak).
Untuk mencapai maksudnya itu, Waturenggong menggunakan sistem dan politik perkawinan. Namun mengalami kegagalan. Pinangan terhadap Ni Bas ditolak mentah-mentah. Akibatnya Blambangan diserang Bali, mengirimkan tentara satu kerajaan sebanyak 1600 orang dengan menggunakan 25 perahu di bawah pimpinan Kiai Ularan. Dalam peperangan tersebut Sri Juru terbunuh dan Ni Bas bunuh diri. Blambangan jatuh dan dikuasai Bali. (Drs. A.A.B. Wirawan, hal.7).
Dalam bukunya Dr. H.J. De Graaf mengatakan: "Menurut sejarah Bali Selatan, raja itu (Dalem Waturenggong) telah memerangi Raja Blambangan yang menggunakan gelar "Juru" Sang Juru tersebut gugur dalam perang tanding melawan seorang perwira pasukan Bali. Hal ini sebenarnya tidak diharapkan oleh Raja Gelgel karena ia dan sang Juru masih mempunyai hubungan keluarga, keduanya adalah keturunan Raja Kapakisan, dari Samprangan. Menurut “Pamancangah" putri Sri Juru Ni Bas dapat lolos dari Waturenggong, berkat bantuan salah seorang saudara lain ibu yang bernama Bima Cili. Mereka berdua melarikan diri ke Pasuruan yang sudah Islam. (Dr. H.J. Graaf, hal. 240).
Komentar Penulis:
1. Jika memang alurnya seperti itu, lantas siapa SRI JURU yg tiba2 bisa jadi raja Blambangan menggantikan Siung Laut? Bisa jawab?
2. Ciye... Waturenggong menikahi Ni Bas (puteri SRI JURU) untuk membendung masuknya Islam dari arah Barat (Mataram-Demak). Adudomba agamanya jelas sekali. Jelas karena disitu dosebutkan bahwa masa pemwrintahan SRI JURU adalah sekitar tahun 1478 - 1498. Sedangkan Mataram Islam baru berdiri tahun 1600an (abad 17). Maksa banget agar bisa mempwrtwntangkan agama dg Sejarah Hoax.
3. Sebanyak 1600 orang prajurit Gelgel diangkut dengan menggunakan 25 perahu. Artinya 1 perahu membawa 64 orang. Hanya dengan kekuatan sebesar itu bisa menaklukkan Blambangan yg luas wilayahnya dan jumlah penduduknya jauh lebih besar? Aneh. Kalau begitu coba di cek siapa Drs. A.A.B. Wirawan yg menulis cerita tersebut. Siapa dia?
4. Dr. H.J. De Graaf mengatakan: "Menurut sejarah Bali Selatan, raja itu (Dalem Waturenggong) telah memerangi Raja Blambangan... dst. Anda mau menulis sejarah Blambangan apa Sejarah Bali pak?
5. Diatas disebutkan: "Ni Bas bunuh diri. Blambangan jatuh dan dikuasai Bali. (Drs. A.A.B. Wirawan, hal.7)" sedangkan di bawah disebutkan lagi: "Ni Bas dapat lolos dari Waturenggong, berkat bantuan salah seorang saudara lain ibu yang bernama Bima Cili. (Dr. H.J. Graaf, hal. 240)." Lebih baik Drs. A.A.B. Wirawan musyawarah dulu bersama Dr. H.J. Graaf untuk menentukan enaknya bagaimana?
6. Dr. H.J. Graaf mengatakan bahwa: Mereka berdua (Bima Cili dan Ni Bas) melarikan diri ke Pasuruan yang sudah Islam. Terus kenapa kalau sudah islam?
7. Saya bisa juga ngarang cerita semacam ini kalau mau saling menyerang agama dg saudara2 kita yg lain. Tapi PERSATUAN NASIONAL itu yg harus dijunjung tinggi. Dalam memgkaji sejarah, tidak perlulah kita membawa ego agama dan fanatisme kesukuan seperti di grup lain, hanya demi terlihat n diakui sebagai yang paling hebat. Kita 1 Indonesia, dan kita SAUDARA.
1. Jika memang alurnya seperti itu, lantas siapa SRI JURU yg tiba2 bisa jadi raja Blambangan menggantikan Siung Laut? Bisa jawab?
2. Ciye... Waturenggong menikahi Ni Bas (puteri SRI JURU) untuk membendung masuknya Islam dari arah Barat (Mataram-Demak). Adudomba agamanya jelas sekali. Jelas karena disitu dosebutkan bahwa masa pemwrintahan SRI JURU adalah sekitar tahun 1478 - 1498. Sedangkan Mataram Islam baru berdiri tahun 1600an (abad 17). Maksa banget agar bisa mempwrtwntangkan agama dg Sejarah Hoax.
3. Sebanyak 1600 orang prajurit Gelgel diangkut dengan menggunakan 25 perahu. Artinya 1 perahu membawa 64 orang. Hanya dengan kekuatan sebesar itu bisa menaklukkan Blambangan yg luas wilayahnya dan jumlah penduduknya jauh lebih besar? Aneh. Kalau begitu coba di cek siapa Drs. A.A.B. Wirawan yg menulis cerita tersebut. Siapa dia?
4. Dr. H.J. De Graaf mengatakan: "Menurut sejarah Bali Selatan, raja itu (Dalem Waturenggong) telah memerangi Raja Blambangan... dst. Anda mau menulis sejarah Blambangan apa Sejarah Bali pak?
5. Diatas disebutkan: "Ni Bas bunuh diri. Blambangan jatuh dan dikuasai Bali. (Drs. A.A.B. Wirawan, hal.7)" sedangkan di bawah disebutkan lagi: "Ni Bas dapat lolos dari Waturenggong, berkat bantuan salah seorang saudara lain ibu yang bernama Bima Cili. (Dr. H.J. Graaf, hal. 240)." Lebih baik Drs. A.A.B. Wirawan musyawarah dulu bersama Dr. H.J. Graaf untuk menentukan enaknya bagaimana?
6. Dr. H.J. Graaf mengatakan bahwa: Mereka berdua (Bima Cili dan Ni Bas) melarikan diri ke Pasuruan yang sudah Islam. Terus kenapa kalau sudah islam?
7. Saya bisa juga ngarang cerita semacam ini kalau mau saling menyerang agama dg saudara2 kita yg lain. Tapi PERSATUAN NASIONAL itu yg harus dijunjung tinggi. Dalam memgkaji sejarah, tidak perlulah kita membawa ego agama dan fanatisme kesukuan seperti di grup lain, hanya demi terlihat n diakui sebagai yang paling hebat. Kita 1 Indonesia, dan kita SAUDARA.
No comments:
Post a Comment