Selamat Datang Di Bandar Uyah

Sunday, December 24, 2017

BANYUALIT, BANJIR DARAH YANG TERLUPAKAN 6

BANYUALIT, BANJIR DARAH YANG TERLUPAKAN 6

foto ilustrasi
Adakah fakta 2 yang mendukung orang Bali menguasai Blambangan.
Pernyataan Blanke bahwa Blambangan dikuasai orang2 Bali tidak memiliki fakta fakta yang kuat. Berdasarkan penelitian bahwa terhadap kerajaan Mengwi dan Buleleng didapat fakta sebagai berikut;
• Kerajaan Mengwi mengalami masa Jaya ketika I Gusti Agung Ngurah Made Agung 1627 sd 1650. Pada masa ini adalah masa Tawangalun I, pelabuhan Ulu Pampang berkembang dengan cepat, kemudian mengantarkan ke masa jaya Tawangalun II. Setelah I Gusti Agung Ngurah Made Agung , Mengwipun menurun. (Sejarah kerajaan Mengwi), yang memungkinkan Buleleng berdiri pada tahun 1660.
• Kerajaan Buleleng mengalami masa Jaya pada I Gusti Ngurah Panji Sakti (1660 sd 1697) dalam babad Buleleng diceritakan mengusai Blambangan. (juga Soegianto Sastrodiwiryo: I Gusti Panji Sakti Raja Buleleng 1599-1680. Kayu Mas Agung 1995).
Padahal pada masa ini Blambangan berada pada masa jaya dibawah Tawangalun II. Masa yang berdasarkan hasil penelitian DR. Sri Margana adalah masa jaya kerajaan Blambangan. Baru setelah masa itu Buleleng itu menurun malah dikuasai Mengwi.
Dari fakta itu jelas VOC telah melakukan kebohongan sejarah. Mengwi maupun Buleleng sudah tidak memiliki kekuatan apapun pada tahun 1767, malahan mereka saling bertempur satu dengan yang lain. Buleleng dan Mengwi adalah kerajaan agrarish, yang tidak memiliki kekuatan maritim. Mengwi dekat Denpasar, maupun Buleleng dekat Singaraja sangat tidak mungkin mengerahkan armada laut, dengan kapal yang hanya bermuatan 15 orang perkapal, mengarungi arus Samudra Hindia yang ganas.
Dengan demikian, sebenarnya Kapten Blanke dengan satuan armada yang sangat besar, telah melakukan pembantaian terhadap prajurit Blambangan dan orang2 Bali yg ada di Blambangan sekaligus.
Surat yang dibuatnya hanyalah cuci tangan dan mengadu domba orang Blambangan dengan orang Bali.
Dan apa gunanya kalo VOC mendapat dukungan rakyat Blambangan, VOC membangun benteng di Banyualit
Pendirian Benteng dan banjir darah ke dua di Banyualit.
Untuk mempertahankan kedudukannya di Blambangan, VOC membangun benteng di Banyualit. Pembangunan benteng ini menambah kesengsaraan rakyat Blambangan. Ribuan penduduk Blambangan dipekerjakan untuk secepatnya menyelesaikan Benteng tersebut tanpa mendapat upah dan makan. Setelah itu VOC juga membangun benteng di Ulu Pampang.
Penderitaan rakyat Blambangan tak terkirakan. Para petinggi Blambangan diwajibkan menyerahkan dua ekor kerbau, dan menyerahkan uang sebesar 3.5 gulden. (I Made Sudjana MA. Nagari Tawon Madu .67)
Benteng ini cukup besar, dalam kondisi yang sangat kritis Van Rijcke menggambarkan bahwa Benteng Banyualit didapat 78 sakit, 59 meninggal. Untuk mempertahankan benteng Van Rijcke dibutuhkan bantuan pasukan setidaknya 100 orang Eropa, dan 2.000 prajurit pribumi juga dibutuhkan dua meriam yang baik, dan 20 koyang beras dan daging sapi untuk orang orang yang sakit, lebih banyak tepung dan spek (asinan daging babi) bagi mereka yang sehat dan juga uang tunai. (Kondisi tentara Kompeni di Banyualit, folio 30 VOC 3248 Surat dinas dari Gubernur Johannes Vos pada gubernur Jendral Petrus Albertus van der Parra 21 Maret 1768, via DR. Sri Margana Perebutan Hegemoni Blambangan 127).
Dengan melihat kondisi Benteng Banyualit, dapat diduga Benteng ini hampir sebesar benteng Malborough yang dibangun Inggris di Bengkulu. Yaitu benteng Inggris kedua yang terbesar di Asia.
Disisi lain perjuangan yang dipimpin Wong Agung Wilis mendapat dukungan yang besar dari rakyat dan para bangsawan Blambangan pedagang Bugis, Melayu, Bali, Lombok. Maka pada Maret 1768, setahun setelah VOC menduduki Banyualit dan Ulupampang pasukan Wong Agung Wilis bangkit dan menyerbu benteng Banyualit. Sekali lagi Banyualit menjadi daerah pertempuran dahsyat.
Menghadapi serangan Wong Agung Wilis yang amat dahsyat VOC mendatangkan bantuan dari Surabaya. Bantuan dipimpin A. Groen membawa 13 kapal yang memuat 302 orang serdadu Eropa, 1.000 orang laskar Madura, 400 orang dari Surabaya, 1.700 laskar Lumajang. Benar pasukan Blambangan kalah dan Wong Agung Wilis tertangkap, kemudian dibuang ke Banda pada tanggal 6 September 1768. (NTM 68).
Ternyata Wong Agung Wilis dapat melepaskan diri dari Banda dan memimpin perlawanan dari Bali. Dan semangat pertempuran Banyualit tidak pernah padam di hati rakyat Blambangan dan menghilhami pemberontakan P. Rempeg Jagapati, yang terkenal dengan PUPUTAN Bayu.
Bersambung

Sumber Tulisan 
Penulis: Sumono Abdulhamid 
Publisher : Bandar Uyah 


No comments:

Post a Comment