Selamat Datang Di Bandar Uyah

Thursday, December 14, 2017

ILANGE BELAMBANGAN BANYUWANGI GANTINE 1 PEBRUARI 1774

ILANGE BELAMBANGAN BANYUWANGI GANTINE 1 PEBRUARI 1774

Diceritakan bahwa Sri Susuhunan Prabu Tawangalun II dari selir asal Mengwi berputera Mas Dalem Wiroguno. Mas Dalem Wiroguno berputera Mas Bagus Puri Wiroguno yang menikah dengan Mas Ayu Pradah dari desa Pakis Songgon dan berputera satu yaitu Pangeran Pakis Rempeg Jogopati.
Setelah kematian Prabu Danuningrat dan Blambangan ditempati I Gusti Dewa Kabakaba, Mas Bagus Puri tersingkir dan mencari jaminan keselamatan dari Cakraningrat V di Madura. Dia kemudian diundang untuk pergi ke Bangkalan bersama keluarganya. Hal ini karena istri kedua Mas Bagus Puri Wiroguno yang bernama Mas Ayu Maduratna adalah kakak Panembahan Cakraningrat V.
Mas Bagus Puri Wiroguno dengan Mas Ayu Maduratna (Puteri Cakraningrat IV) dari Madura dikaruniai beberapa anak:
(1) Mas Ayu Dipati yang merupakan istri Pangeran Pati III Danuningrat;
(2) Mas Ayu Sepuh/Rahinten;
(3) Mas Ayu Patih/Singagringsing;
(4) Mas Alit; dan
(5) Mas Sanget/Thalib.
Usai berbagi peperangan di Blambangan dan VOC dapat menaklukkannya, Jurukunci melaporkan pada VOC bahwa keturunan Tawangalun II yang masih hidup tinggal keluarga Panembahan Cakraningrat V yang telah dibawa ke Bangkalan saja. Untuk itu kemudian raja Madura Barat itu mengutus Mas Alit untuk didudukkan sebagai Tumenggung di Blambangan.
Akhirnya pada hari selasa 1 Pebruari 1774, di Benteng Teluk Pampang Muncar, Belanda mengangkat Mas Alit sebagai Bupati Blambangan Timur keempat, didampingi oleh kakaknya; Mas Ayu Singagringsing, sebagai patih. Mas Alit kemudian bergelar Tumenggung Wiroguno I dan memerintah dari Benculuk Cluring. Nama Wiroguno adalah nama kakeknya, hal ini untuk menunjukkan legalitasnya sebagai keturunan Sri Susuhunan Prabu Tawangalun II.
Karena masih banyak perlawanan dari pejuang Blambangan, Mas Alit (Bupati Kecil) yang masih berumur 17/18 tahun itu merasa takut jika berjauhan dari benteng VOC-Belanda di Banyuwangi, maka dia meminta perkenan VOC-Belanda agar diijinkan dan dibuatkan istana (Sabha Swagata Blambangan) di dekat benteng VOC-Belanda.
Suatu lokasi di Banyuwangi dipilih dalam jarak yang dapat dijangkau Meriam dari benteng VOC. Pada jarak yang tepat di arah barat laut dari benteng VOC, dibangunlah Pendopo Kabupaten Blambangan Timur. Sejak itu Orang-orang Blambangan (Osing) mulai dipindahkan ke kota agar mudah diawasi. Mereka bermukim di sekitar pendopo. Keramaian itu melahirkan sebuah kota baru bernama Banyuwangi dan nama Blambangan tidak lagi dipakai.
Nama Wiroguno sekarang diabadikan menjadi nama TERMINAL BARU GENTENG dan JEMBATAN Gambiran-Tegalsari (Banyuwangi).

Sumber Tulisan 
Publisher : Bandar Uyah 

No comments:

Post a Comment