BLAMBANGAN MEMBARA 2
foto illustrasi
Penyerahan Java’s Oosthoek
Pada tahun 1743, Raja Pakubuwana II dari Mataram menyerahkan Java’s Oosthoek (dari Bromo sampai Banyuwangi) kepada VOC sebagai balasan atas pengembalian tahtanya yang direbut pejuang lokal.
Penyerahan kawasan ini berdasarkan atas sebuah klaim teritorial kuno Mataram yang sebenarnya jauh dari realitas aktual karena Malang, Lumajang tetap dikuasai penuh keturunan Suropati, sementara Blambangan masih dikuasai oleh keturunan Tawangalun. Tentu saja hal ini menimbulkan perlawanan terhadap keputusan yang semena mena itu. Maka tidak salah bahwa dua keturunan ini, yang tidak pernah mengakui kekuasaan Mataram melakukan persiapan melawan keputusan itu. Konsistensi dan kesatuan gerak perlawanan keturunan Suropati dan Tawangalun menentang Belanda sukar dicari bandinganya dimana selalu dapat lepas dari Mataram sangat menolak penjajahan asing.
Di sisi lain perusahaan dagang Inggris East India Company (EIC), sangat berambisi meluaskan kekuasaannya hingga ke belahan timur Indonesia untuk menjamin perdagangannya dengan Cina dan explorasi Australia dengan mempererat hubungan dengan Blambangan sekaligus untuk mendapatkn tanah pijakan.
Keinginan The Great Britain ini, tentu sangat ditentang oleh VOC, karena kedudukan VOC diluar Jawa dan Banten sudah sangat merepotkan VOC. Apalagi the Great Britaian telah melakukan pukulan telak bagi Belanda di Eropa karena telah merebut pusat perdagangan Eropa/dunia dan memindahkannya dari Amsterdam ke London, sangat menyakitkan. Jika bagian Timur Nusantara jatuh dalam kekuasan Inggris tamatlah VOC.
Maka perlawanan ini harus segera dibungkam. Pada bulan Juni 1766 Hoge Regering menetapkan keputusan untuk mengirim expedisi ke Timur. Selain untuk menaklukan Blambangan juga dimaksudkan untuk melakukan hukuman pada keturunan Untung Surapati, yang sangat berbahaya yaitu TUMPES KELOR (atau membunuh seluruh keturunan Untung Soropati).
(Bersambung)
No comments:
Post a Comment