Selamat Datang Di Bandar Uyah

Thursday, December 14, 2017

JOKO SEGER DAN MENAK SEMBAR Persaudaraan Tengger Dengan Blambangan

JOKO SEGER DAN MENAK SEMBAR Persaudaraan  Tengger Dengan Blambangan

 Foto Hanya Ilustrasi
Sejarah SUKU TENGGER BROMO:
Dari namanya asal-usul kata “TENG-GER”. Keduanya merupakan akhiran kata dari dua nama, yaitu RORO AN-TENG dan JOKO SE-GER. 
Roro Anteng adalah putri dari Raja Majapahit Dyah Suryawikrama, sedangkan Joko Seger adalah Putera seorang brahmana bernama Lembu Mirunda (Ki Ajar Guntur Geni, Panembahan Ageng Bromo).
Lembu Mirunda sendiri adalah putera dari Dyah Suraprabhawa yang mengungsi ke Kuthorenon Lamajang (Blambangan) saat terjadi kekisruhan suksesi raja di Majapahit.
Lembu Mirunda memiliki dua putera, Menak Sembar dan Joko Seger. Menak Sembar waktu itu merupakan Patih Kerajaan Blambangan di masa pemerintahan Raja Rabut Macan Pethak. Kelak Menak Sembar menggantikan kedudukan Rabut Macan Pethak sebagai raja Blambangan setelah menikahi Dewi Seda Merah, adik sang raja.
.
Kembali tentang asal mula nama Suku Tengger diambil ketika Joko Seger yang menikah dengan Rara Anteng.
Lembu Mirunda mendapatkan tanah perdikan di daerah Bromo untuk membuka padepokan. Di sana kemudian, puteri Roro Anteng dan dinikahkan dengan Joko Seger.
Dari pernikahan mereka, keduanya membangun pemukiman dan memberikan nama desa TENGGER yang di ambil dari nama belakang Rara An-TENG dan Jaka Se-GER, mereka memerintah di kawasan Tengger ini bergelar "Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger" atau artinya Penguasa Tengger yang Budiman.
.
Suku tengger adalah warga asli yang mendiami kawasan Gunung Bromo dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, di Jawa Timur. Masyarakat suku Tengger Bromo sendiri sejak awal merupakan penganut Hindu, mengingat Gunung Bromo adalah Brahma (merupakan Dewa Brahma yang tak lain dewa untuk agama Hindu).
Suku Tengger adalah pemeluk agama Hindu lama dan tidak seperti pemeluk agama Hindu umumnya yang memiliki candi atau kuil sebagai tempat peribadatan, tapi untuk sa’at ini mereka mempunyai Pura satu-satunya yaitu Pura Poten Bromo yang berada tepat di lautan pasir Gunung Bromo. Hingga kini mereka yang mengaku sebagai Suku Tengger meyakini sebagai keturunan langsung dari Kerajaan Majapahit, bukan hanya orang Bali.
.
Suku Tengger di Bromo dikenal sangat berpegang teguh pada adat dan istiadat Hindu lama yang menjadi pedoman hidup mereka. Keberadaan suku Tengger ini juga sangat dihormati oleh penduduk sekitar karena menerapkan hidup dalam kesederhana’an dan kejujuran. Mata pencaharian mereka sebagian besar adalah bercocok tanam dan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa Kuno. Mereka tidak memiliki kasta bahasa, sangat berbeda dengan bahasa Jawa yang dipakai umumnya memiliki tingkatan bahasa.
.
Ciri-Ciri khas Suku Tengger Bromo adalah jika para lelaki memakai kain sarung yang selalu dililitkan dilehernya, serta memakai pengikat kepala atau kupluk yang menjadi penutup kepala, jika para Wanita mereka biasanya memakai Selendang yang di ikat.
.
Jadi:
Yang patut disebut basis hindu terakhir di Jawa adalah Tengger ini, bukan Blambangan.
Yang patut disebut Trah Majapahit terakhir ya Tengger ini karena masih asli, bukan yang lain



Sumber Tulisan : Penulis Mas Aji Wirabhumi dan BLAMBANGAN KINGDOM X-plorer
Publisher : Bandar Uyah 

No comments:

Post a Comment