BANYUALIT, BANJIR DARAH YANG TERLUPAKAN 4
foto ilustrasi
Berita VOC tentang Blambangan penuh kebohongan
Hubungan antara VOC dengan Blambangan rupanya sejak awal telah menimbulkan ketidak senangan VOC. Kapal VOC yang singgah di Panarukan pada tanggal 17 Januari 1959, dan berada disana selama tiga bulan tidak mendapatkan apapun.
Karena perlakuan itu kemudian VOC mengarang cerita, bahwa Blambangan dikepung pasukan Pasuruan.
Dan karena itu Blambangan minta bantuan kepada Gel Gel, sehingga Gel Gel mengirim pasukan 20.000 ke Panarukan. (Jarig Cornellis Molema , De eerste schipvart der Hollanders naar Oost Indie 1595-1597 via DR. Sri Margana, Perebutan Hegemoni Blambangan 162).
Dan karena itu Blambangan minta bantuan kepada Gel Gel, sehingga Gel Gel mengirim pasukan 20.000 ke Panarukan. (Jarig Cornellis Molema , De eerste schipvart der Hollanders naar Oost Indie 1595-1597 via DR. Sri Margana, Perebutan Hegemoni Blambangan 162).
Padahal berdasar sejarah Kerajaan Gel Gel, masa jaya Gel Gel dibawah Watu Renggong telah berakhir pada tahun 1550. Dan setelah itu Gel Gel merosot dan methamorphosis menjadi Kerajaan Klungkung.
Lagipula Gel Gel bukanlah kerajaan Maritim. Perahu Bali pada saat itu hanya mampu memuat maximal 15 orang. Jadi tidak mungkin Gel Gel mengirim 1500 kapal, untuk tentara dan logistik. Hal ini juga tidak dipercaya oleh Drs I Made Sudjana Nagari Tawon Madu 27).
Tetapi rupanya laporan resmi VOC tersebut perlu ditambah fitnah yang lebih besar lagi oleh seorang anggota armada pertama Belanda (Frank der does) menulis dalam Journal 2 April 1595 sd 13 Juni 1597 dia diberitahu oleh seorang bangsawan Blambangan bahwa bupati Pasuruan melamar putri raja Blambangan (pada saat itu Thomas Cavendish berada di Blambangan). Sang raja menerima lamaran tersebut namun setelah malam pertama, sang putri Blambangan dibunuh oleh suaminya. Pembunuhan itu terjadi karena sang putri tidak mau masuk Islam. Berita ini juga tidak berdasar karena Thomas cavendish (Thomas Candish menurut I Made Sudjana MA) yang berada di Blambangan tidak pernah menulis kejadian tersebut.
Menurut I Made Sudjana, Thomas Candish, penjelajah Inggris membawa kapal dagang Preety dan Wilhems singgah di Blambangan, selama dua minggu tinggal di Blambangan, membeli logistik, kemudian berlayar melanjutkan perjalanan ke timur. (Drs I.Made Sudajana, Nagari Tawon Madu 23)
Juga ketika VOC mengirim utusan Jeremias van Vliet menghadap susuhunan Tawangalun II pada tahun 1690, untuk menjalin hubungan dengan VOC untuk membendung pengaruh Inggris yang semakin kuat, permintaan hubungan ini tidak ada kelanjutannya. Maka VOC memutar balikkan fakta bahwa selat Bali rusuh dan penuh kekacauan (Drs I Made Sudjana Nagari Tawon Madu 62).
Ternyata pernyataan itu harus ditafsirkan bahwa Ulu Pampang telah menjadi tempat yang paling sering dikunjungi kapal kapal Inggris untuk melanjutkan perjalanannya ke Timur menuju Pasir dan Banjarmasin di Borneo (I Made Sudjana, Nagari tawon Madu 60) dan tempat berkumpul pedagang Nusantara bagian Timur untuk meneruskan hubungan dagang dengan kerajaan Melayu, China dan India. Mereka memilih lewat lautan Hindia dan menjadikan Ulupampang sebagai pelabuhan persinggahan.
Maka Ulupampang menjadi pelabuhan yang ramai karena menjadi pertemuan pedagang Nusantara dan Inggris. Ini terbukti sejak awal tahun 1600an Ulupampang mampu mengekspor, sarang burung walet seharga f 4000, bahan lilin 10 pikul, dan beras 600 ton setiap tahun. ( Drs I. Made Sudjana, Nagari Tawon Madu 22).
Pantaslah hal itu telah merobah motivasi Inggris, kalau awalnya hanya sebagai tempat persinggahan maka pada tahun 1760, Ulupampang/Blambangan mulai dilirik sebagai tempat berpijak.
Pada tahun 1765, konsul EIC merekomendasikan beberapa pelabuhan yang cukup tepat untuk pendirian perwakilan perdagangan EIC, termasuk di Blambangan (DR. Sri Margana Perebutan Hegemoni Blambangan 49). Setelah itu yaitu tahun 1766, kehadiran kapal Inggris semakin sering. Sebelumnya hanya sekitar 6 bulan sekali, maka mulai tahun 1766 hampir setiap bulan, bahkan kadang kadang dua kali setiap bulan, ( Drs I Made Sudjana MA. Negara Tawon Madu 61) .
Dan pada bulan Agustus 1766 tiga kapal besar Inggris diikuti lima kapal belas chialoup, dan dua puluh lima pecalang dan seratus kapal yang lebih kecil, membawa pelaut bugis dan Madura tiba di Blambangan di bawah komando Edward Coles (DR. Sri Margana Perebutan Hegemoni Blambangan 49). Tidak dijelaskan apa yang dilakukan oleh armada yang sangat besar ini. Tetapi Thomas Stanford Raffless menjelaskan bahwa setelah itu, seorang berkebangsaan Inggris, Mr. Yesse, mulai membangun pemukiman di Blambangan.
Pemukiman itu dinilai sangat tepat. Demikian baiknya tempat itu sehingga tempat tersebut disamakan kedudukannya dengan Pulau Pinang di Malaya. (Thomas Stanford Raffless History of Java 144).
Dukungan dari pemerintah Blambangan juga sangat membantu. Selain itu, Stanford Raffless, juga memuji keberhasilan pemerintahan Blambangan. Thomas Stanford Raffless menyesalkan kegagalan pembangunan pemukiman itu, dan mengemukakan analisa bahwa kegagalan pembangunan tersebut karena pemukiman tersebut semata mata disebabkan dikhususkan untuk militer, tanpa ada pedagang profesional atau pedagang petualang yang disertakan di pemukiman tersebut. (Ho J.148)
(Bersambung)
No comments:
Post a Comment