Selamat Datang Di Bandar Uyah

Wednesday, January 10, 2018

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM PERANG BLAMBANGAN 9 TAMAT

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM PERANG BLAMBANGAN 9 TAMAT

foto ilustrasi
Semoga lahir Purasastra muda.
Tidak berlebihan rasanya jika Ratu Inggris Elizabeth II, dalam pesta Jamuan Makan di istana Buchkingham untuk menghormati President Susilo Bambang Yudhoyono, dalam penganugerahan gelar Knigt Grand Cross in the Order of Bath mengenang kembali betapa besarnya peranan Nusantara (termasuk Blambangan) pada masa lalu.
Gelar ini diberikan oleh raja Inggris George I pada tahun 1725, di suatu masa dimana hubungan Blambangan dan Inggris sangat baik.
Tetapi hal itu juga menyiratkan kesedihan, betapa sudah terputus kita dengan masa lalu, karena begitu tebalnya tumpukan sampah dalam sejarah kita akibat pemutar balikkan fakta oleh Belanda.
Ketika Inggris menunjukan betapa berhasilnya pembangunan di Blambangan dan betapa pentingnya Blambangan bagi Inggris, ternyata Belanda justru memberikan fakta berbeda.
Belanda menyatakan Blambangan dikuasai Bali, dan jumlah penduduk Blambangan pada saat itu hanya 20.000 (dua puluh ribu) (catatan kependudukan VOC via DR. Sri margana dan I Made Sudjana MA).
Padahal luas Kerajaaan Blambangan adalah 10 ribu km persegi. Jika laporan Belanda itu kita anggap benar, maka artinya hanya dua orang penduduk tiap km persegi. Mungkinkah?
Padahal Blambangan telah diakui sebagai kerajaan andalan Majapahit, lebih besar dari Madura dan Bali. Oleh karena itulah Blambangan dijadikan tempat bertemu Prabu Hayam Wuruk dengan dua kerajaan Majapahit. (Mpu Prapanca dalam Kakawin Nagara Krtagama BAIT 91). Jelas bahwa VOC sengaja menyebar berita bohong tentang Blambangan.
Juga cerita sejarah bahwa Blambangan dikuasai oleh Matram. Padahal Mataram terlibat dalam perebutan kekuasaan selama seratus tahun (sejak masa Amangkurat I sampai dengan Perjanjian Salatiga yang membelah Mataram menjadi menjadi kerajaan kecil Surakarta, Ngajogyakarta, Mangkunegara dan telah kehilangan kekuasaan di pantai utara jawa maupun di Jawa Timur.
Mataram pada saat itu malah pernah dikalahkan Trunojoyo (dengan bantuan banyak Adipati lainnya, termasuk raja Blambangan, Tawangalun II).
Kemudian Mataram juga pernah dikalahkan oleh pasukan Untung Suropati. Dan malahan Amangkurat III, mencari perlindungan pada Suropati.
Lalu, bagaimana bisa Mataram mampu menguasai Blambangan, sementara mereka sendiri sedang perang saudara sehingga Suropati tak terkalahkan oleh Mataram.
Jika benteng Suropati terkalahkanpun, benteng alam berupa gunung yang mengelilingi Blambangan tak mungkin tertundukkan, sementara Mataram tidak pernah memiliki kekuatan Maritim.
Demikian juga Bali telah terbelah menjadi kerajaan kecil, Klungkung, Mengwi, Buleleng, Karangasem, dan saling bertempur satu sama lain hanya untuk sekedar berebut pangan (I Made Sudjana MA. Nagari Tawon Madu 60).
Pernyataan bahwa Mengwi pernah menduduki Blambangan, tidak ada buktinya sama sekali.
Selain itu nama penguasa yang ditunjuk oleh Mengwi untuk memimpin Blambangan, menurut I Made Sudjana berdasar babad Wilis adalah I Gusti Kuta Beda.
Nama tersebut tidak mungkin nama orang karena dalam bahasa kuno berarti kota yang ditinggalkan, yang lebih tepat menunjuk kota Inggris yang ditinggalkan Mr Yesse, setelah ditunjuk sebagai residen di Borneo.
Babad Wilis ditulis oleh Purasastra, trah Tawangalun. Beliau merasa tertekan harus menulis Babad Wilis. Tulisan itu dibuat karena paksaan bupati Probolinggo, Tumenggung Jayanegara untuk memenuhi permintaan VOC dan beliau menyatakan sangat terluka hatinya ketika harus menceritakan kekalahan keluarga Tawangalun. Maka nama penguasa Bali di Blambangan direkayasa, untuk menunjukkan nama itu bohong.
Karena esan itulah penulis berharap, semoga suatu hari nanti dapat terlahir Purasastra-Purasastra muda, yang tidak mau dipaksa oleh siapapun untuk menuliskan sejarah dengan tidak benar.
Selesai.

Sumber Tulisan 
Publisher : Bandar Uyah 

No comments:

Post a Comment