Selamat Datang Di Bandar Uyah

Thursday, May 26, 2016

Arsitektur Rumah Adat Suku Oseng Banyuwangi

Contoh Arsitektur Rumah Adat Suku Oseng Banyuwangi
Arsitektur Rumah Adat Suku Oseng Banyuwangi
Bentuk-bentuk rumah di daerah Oseng pada umumnya tidak banyak berbeda dengan bentuk-bentuk rumah di daerah-daerah lain di Jawa, dalam beberapa hal barangkali hanya berbeda istilah. Misalnya:
1) Panggang-pe,yaitu rumah dengan empat tiang (atau 6 berjajar tigatiga) dengan atap satu rab (bidang atap)
2) Gerocoban (juga disebut Serotongan atau Mujur) yaitu rumah dengan empat tiang (atau 6 berjajar tiga-tiga) dengan atap dua rab
3) Baresan,yaitu rumah dengan empat tiang utama dan dua Sangga-tepas/saka-tepas (tiang tambahan) dengan atap tiga rab
4) Tikel-balung,yaitu rumah dengan empat tiang utama dan empat sangga-tepas, dengan atap empat rab
5) Serangan,yaitu rumah dengan empat tiang (atau 6 berjajar tiga-tiga) dengan atap empat rab,yang dua rab berbentuk segi-tiga sedang yang dua rab lagi berbentuk trapesium
6) Dara-kepek,yaitu rumah serangan dengan atap yang belandar serangannya tampak seperti patah,sehingga atapnya tampak seperti terdiri dari delapan rab.
Dari berbagai bentuk rumah di atas,yang dianggap sebagai bentuk rumah yang khas Oseng ialah bentuk rumah tikel-balung dengan konttruksi sebagai berikut:
a) Bancangan (rangka) rumah terdiri dari:
- 4 buah Baka (tiang utama) dan 4 buah sangga-tepas (tiang tambahan,tiang samping);
- 2 buah penglari (belandar panjang), 2 buah lambang (belandar pendek) dan 2 buah belandar (agak kecilan) yang ditempatkan di atas sangga-tepas.
- 2 buah jait-dawa/jait-panjang (sebesar dan sepanjang penglari dan ditempatkan di bawah penglari ybs.) dan 2 buah jait-cendhek (sebesar dan sepanjang lambang dan ditempatkan di bawah lambang ybs) sehingga bangunan tsb.tampak seperti mempunyai penglari dan lambang rangkap (dobel)
- 1 buah suwunan (bubungan) dan 2 buah ander (penyangga suwunan)
- sejumlah dur (kasau,Jw.;usuk) umumnya berjumlah 24 buah setiap rab( setidak-tidaknya berjumlah genap pada setiap rab), dan sejumlah reng.
b) Bancangan di atas didirikan tanpa gerbil (penyangga/pengikat antara tiang dengan belandar), karena tegaknya bangunan sudah diperkuat oleh adanya dua buah jait-panjang dan dua buah jait-cendhek;
c) Bancangan di atas didirikan tanpa paku,namun menggunakan paju (pasak pipih) yang dipasang pada purusan yang masuk ke saka, yang sewaktu-waktu apabila diperlukan dapat dicabut kembali (purusan = bagian kayu yang dimasukkan ke lubang pada kayu lain);
d) Dur-dur tidak dipakukan ke suwunan,ke penglari atau ke belandar,tetapi dengan cara dikaitkan.Yang dipaku hanyalah seluruh rengreng kesemua dur.Karena itu,apabila rumah Oseng ini akan dipindahkan ke tempat lain,yang dibongkar hanyalah balungan (rangka)rumahnya, sedang seluruh dur dan rengnya diangkat sekaligus bersama-sama (tidak dipereteli)
e) Rumah Oseng biasanya menggunakan genting atau welit (tataan daun kelapa tua),dengan dinding dari bambu anÿaman.
f) Rumah Oseng biasanya mempunyai tiga ruang bale (ruang depan),jerumah (ruang tengah),dan pawon (ruang belakang). Tetapi banyak juga yang hanya mempunyai dua ruang, yaitu bale dan jerumah saja,sedang pawon (dapur) menjadi satu dengan jerumah.Bahkan ada juga rumah Using yang berupa satu ruangan saja, jadi bale,jerumah (ruang tidur) dan pawon menjadi satu.

g) Pada jaman dahulu, hampir di setiap rumah Oseng,di samping rumah atau di depan dapur terdapat lumbung untuk menyimpan padi.Rumah (perkampungan) Oseng biasanya didirikan di tepi atau di dekat sungai,dan umumnya (lebih disukai) menghadap ke utara atau keselatan.Banyak orang Oseng yang suka memasang panjeran kiling di pohon-pohon tinggi di dekat rumahnya


Sumber: google , Group facebook: Banjoewangie Tempo Doeloe

No comments:

Post a Comment