Selamat Datang Di Bandar Uyah

Friday, May 27, 2016

Apa sih Tradisi Geredhoan (Mengggoda) dalam Masyarakat Banyuwangi

Ilustrasi Foto Geredhoan (Mengggoda) dalam Masyarakat Banyuwangi
Apa sih Tradisi  Geredhoan (Mengggoda) dalam Masyarakat Banyuwangi
Tradisi Geredhoan adalah tradisi pergaulan antara muda-mudi di
kalangan masyarakat santri Oseng. Kata geredhoan berasal dari kata geredho yang berarti 'goda' 'bercengkerama' dalam hal ini dalam artian yang positif, karena geredhoan yang dilakukan adalah dengan cara.baik-baik untuk mencari pasangan hidup.
Geredhoan antara muda mudi ini dilakukan dari balik dinding rumah atau dapur (yang biasanya dibuat dari anyaman bambu), sang gadis di dalam rumah atau dapur,sedang yang pria di luar dinding.Tradisi geredhoan ini banyak dilakukan di daerah pedesaan di Kecamatan Kabat dan Rogojampi,dan biasanya dilakukan pada saat menjelang upacara peringatan Maulud Nabi
Menjelang sehari dua hari sebelum puncak acara peringatan Mau
lud,para keluarga di salah satu desa mengundang keluarga atau kenalannya dari desa lain untuk bertandang dan membantu penyiapan keperluan upacara,dengan pengharapan mereka membawa serta anak gadisnya atau anak gadis lain sebagai pendamping.
Kedatangan mereka ini merupakan kesempatan perkenalan wajah antara muda mudi di desa tersebut.Pada malam harinya, pada saat para gadis memasak di dapur, dan para perjaka
mengerjakan peralatan upacara di luar dapur, terjadilah gerddhoan diantara mereka.Lewat sela-sela dinding bambu mereka saling mengintip dan bercengkerama.Biasanya si perjaka memasukkan lidi kelapa muda ke lobang dinding,apabila lidi itu dipatahkan oleh sang gadis, berarti harapan mereka ditolak, namun apabila ujung lidi tersebut dipilin dalam bentuk lingkaran kecil di ujungnya, berarti harapan si perjaka diterima oleh sang gadis.
Tahap berikutnya akan terjadi gayung bersambut antara mereka dalam bentuk "wangsalan" dan "basanan"(pantun dan ungkapan) namun masih tetap dalam batas dinding bambu.
Pada keesokan harinya, pada saat para perjaka membawa "ancak" (tempat makanan) dan mengarak "endhog-endhogan" (telur yang diwarnai yang ditusuk bambu dengan hiasan kertas warna-warni) ke masjid se tempat, ketika itulah para muda mudi yang bersangkutan dapat lebih laluasa memandang calon pasangannya.
Namun masih tetap tabu untuk berkenalan langsung.Dengan perkembangan jaman dan majunya pergaulan di antara para
anggota masyarakat Oseng,pada waktu ini tradisi geredhoan tersebut sudah jarang kita jumpai di pedesaan-pedesaan Banyuwangi
Sumber: Group facebook Banjoewangie Tempo Doeloe

No comments:

Post a Comment